Pernahkan kalian merasakan kembali? Disaat Dewi Fortuna berpihak padamu dan Hades yang melambai-lambai kematian? Mungkin kau memerlukan pertolongan perceus ini? masihkah kau memegang teguh tidak teruntuk berkomitmen? Unless…

*

*

*

Budayakan vote dulu baru baca

Cerita ini murni dari sel neuron otak author yg puyeng(?)

Warning for typo yg bergentayangan(?)

-Happy reading-

_

_

_

 

[.]

Kau! Aku percaya! Setelah 14 tahun lamanya, ketika aku harus turut tak bernafas,kini aku melihatnya. Melihat segala keresahan,kehilangan,kekecewaan, dan guratan tegas yang aku lewatkan selama itu. Kini telah berbeda. Jika saja kita bisa, apakah kita masih bisa bertemu pada akhirnya? Lihatlah aku!

.

.

.

 

Seraya mencengkeram ponsel di telinganya, Shiena menatap takut pada sosok yang duduk dihadapannya. Wajahnya berubah tegang ketika sosok dihadapannya mulai angkat bicara. Pria ini, seakan memamerkan sifat angkuhnya pada wanita dihadapannya. Sekalipun ia enggan berlama-lama, tapi rasa kesal dan marah menyelimuti suasana hatinya. Shiena mengetuk-ngetuk kakinya. Berharap bebannya jatuh begitu saja dilantai.

“Aku harus katakan bahwa…”

“Tenang saja, aku akan menggantinya,” dengan cepat Shiena menyela. Ia tidak sanggup jika hars mendengar penuturan panjang pria ini. itu akan seperti dongeng pengantar tidur yang ia benci. Pria itu menyerngit. Kenapa?  Ia menghela nafas berat. Sebenarnya ia ingin mengatakan bahwa…

“Ikut aku!” pria itu bangkit lalu menarik tangan Shiena menuju mobilnya. Mereka melaju meninggalkan restoran tadi. Sepanjang perjalanan, Shiena merasa bosan. Bagaimana tidak? Pria ini, yang belum pasti kenapa ia selalu turut andil dalam kesehariannya dikantor. Kenapa juga ia berurusan dengannya? Shiena diam-diam meliriknya. Pria itu memang tampan. Sangat sangat tampan. Jika dilihat lagi, ada campuran setengah Amerika dalam dirinya. Tapi didominasi ras Asia pada wajahnya. Pria itu sibuk mengemudi dan tidak menyadari Shiena yang sedari tadi meliriknya dalam diam.

Shiena terhenyak kala mobil berhenti tepat didepan rumahnya. Tunggu, kenapa pria ini mengetahui letak rumahnya? Apakah pria ini selalu membuntutinya? Ini tidak bisa ditolerir!

Mereka bersamaan melepaskan selt bet. Lalu mereka keluar bersama juga. Shiena merasa aneh saat mereka secara bersamaan keluar dari mobil. Pria ini mendekati Shiena dan menatapnya tajam dengan mata hitam gelapnya. Shiena melihatnya. Iris hitam kelam yang menyiratkan ketegasan dan… errr

Tatapan mereka bertemu. Hening, Bagai terhipnotis, seluruh kinerja otaknya tak merespon sama sekali. Ia terpaku pada pria dihadapannya. Akhir-akhir ini ia selalu berhadapan langsung dengan iris kelam yang membawa terjerumus lebih dalam. Angin berhembus. Surai Shiena berterbangan dan pria ini, melihatnya. Ia melihat bagaimana surai wanita itu  memperlihatkan leher mulusnya. Surai coklat yang kini menjadi pelengkap obyeknya dikantor. Wajah Shiena  begitu menenangkan dan damai. Mata coklat beningnya begitu menyejukkan. Apakah ia mampu mengeyahkan segalanya setelah ini terjadi tanpa perkiraannya? Shiena masih pada fokusnya. Dan anak rambut pria ini sedikit menutupi area wajahnya. Tampan. Garis wajah tegasnya, bagai dewa-dewa Olympus.

“Shiena!” Shiena mngerjapkan matanya dan menoleh pada orang yang memanggilnya. Itu Ayahnya. Sementara pria ini masih dengan ekspresi tenang. Ia sedikit berdehem dan merasakan tenggorokannya sedikit agak kering. Pria ini ikut menoleh kesumber suara. Suasana canggung mulai menyebar. Entah berapa lama mereka –Shiena dan Pria ini saling bertatap muka dan terjerumus dalam pesona masing-masing. Shiena menoleh kearah pria disampingnya. Raut wajahnya datar dan normal. Shiena merasa tak malu. Mungkin sekarang wajahnya seperti kepiting rebus. Ia segera mengalihkan perhatiannya ketika pria ini melirik kearahnya. Ia tersenyum kecut.

“Ayah…aku…” Shiena merasa gugup. Ia bingung. Bagaimana ia harus menjelaskannya pada Ayahnya. Sebelumnya ia tak pernah gugup. Ia berdecak. Lidahnya kelu. Ayahnya melirik pria disampingnya. ia menyerngit. Seakan berpikir jika ia tak salah lihat. Ayah Shiena mulai angkat bicara dan diluar dugaannya.

“Masuklah. Kalian pasti kelelahan. Akan aku buatkan kalian minuman dingin yang segar.” Pria setengah abad ini tersenyum ramah pada keduanya lalu berjalan masuk mendahului. Shiena mengerjapkan matanya seakan tak percaya. mulutnya setengah terbuka. ia melirik sinis kearah pria itu. ia berdecih. Ia kesal. Tentu saja. padahal tadi ia berharap agar Ayahnya memarahi atau bahkan menendang pria ini dari rumah. Ternyata tidak. Pria itu menatap datar lalu mengangkat sebelah alisnya dengan tatapan seolah berkata, ‘Apa?’. Shiena meniup anak rambutnya dan menyipitkan matanya. Ia melangkah mendahuluinya. Ia tak perduli. Biarkan saja pria itu kepanasan diluar sana. Tapi, bukankah tadi ayahnya mengajaknya masuk dan akan membuatkannya minuman? ‘yang benar saja!’. Kemudian pria ini mengikuti Shiena dari belakang dan bergumam, “Gadis yang ekspresif”.

 

 

mereka masuk kedalam rumah dan disambut oleh Ayah Shiena yang sedang menaruh orange juice dimeja. Ayah Shiena tersenyum simpul pada mereka. Shiena memperhatikan Ayahnya yang sedang bersikap manis. apa? Shiena merasakan bahwa Ayahnya hanya tersenyum kearah pria itu bukan pada dirinya. Hei! Ayah, pria ini bahkan tak diundang! Mereka duduk dan suasana canggung tak terhindarkan. Shiena menyentuh tengkuknya yang mulai terasa pegal. Ia melirik pria itu. cihh. Bahkan ia melemparkan senyum yang sama pada Ayahnya.

“Kau ingat Shiena?” Shiena terhenyak saat Ayahnya mulai bicara. Ia menyerngitkan dahinya. Nampak berpikir. Mengingat? Shiena menghembuskan nafas berat. Apa lagi ini? kenapa Ayahnya berbicara seolah Shiena melupakan sesuatu? Memang apa?

“Ayah, apa maksudmu?” Shiena memasang wajah polosnya. Sementara pria itu, berdehem kecil. Pria itu mengamati Ayah Shiena.

“Jadi, siapa pria ini?” dalam hati, Shiena bersorak gembira bahwa Ayahnya tengah menggertak pria ini untuk ditendang dari rumah. Seulan senyum miring tercetak dibibirnya. Pria itu tersenyum tanggung dan mengganti posisi duduknya agar nyaman.

“Aku Alex Kim.”

Tinggalkan komentar